Sabtu, 09 Desember 2017

MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH, BUDAYA, LINGKUNGAN MASYARAKAT, BERBASIS SEKOLAH



MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH, BUDAYA, LINGKUNGAN MASYARAKAT, BERBASIS SEKOLAH
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sekolah
Dosen Pengampu: Kadis, M.Pd



 






Disusun oleh:

Kelompok 8
Anisa Indriani                                     201433053
Desi Sabtiayu                                      201433054
Desi Aprilliani                                     201433055
Annisa Yuni R.                                   201433059
Dian Fadlia N.                                     201433066
Ika Erika A.                                         201433067
Rina Alfyatur R.                                 201433075
Eko Heri H.                                         201433086
M. Thoriqul Huda                               201433088

Kelas: 4B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugasyang telah diberikan kepada kami berupa makalah yang berjudul “manajemen hubungan sekolah, budaya, lingkungan, masyarakat, berbasis sekolah”.
Makalah ini kami susun sebagai tugas yang diberikan dari mata kuliah Manajemen Sekolah pada semester 4 tahun ajaran 2016/2017.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kadis M.Pd selaku dosen pengampu, yang memberikan materi, dorongan dan masukan kepada kami. Dalam penyusunan makalah ini kami yakin masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharap kepada para pendidik khususnya dan para pembaca umumnya untuk memberikan saran dan kritik, dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Hanya kepada Allah SWT kami memohon semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kudus ,   Maret 2016


Tim Penyusun







DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.........................................................................................
B.     Rumusan Masalah....................................................................................
C.     Tujuan Penulisan......................................................................................
D.    Manfaat Penulisan....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah.................................................
B.     Manajemen Hubungan Sekolah dengan Budaya Berbasis Sekolah.........
C.     Manajemen Hubungan Sekolah dengan Lingkungan Masyarakat
 Berbasis Sekolah.....................................................................................
D.    Keterkaitan antara Manajemen Hubungan Sekolah, Budaya, Lingkungan Masyarakat Berbasis Sekolah.................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan..................................................................................................
B.     Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................









BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau Scool Based Management (SBM) merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan produktif. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakan mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. Mbs merupakan paradigma baru manajemen pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada sekolah, dan pelibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar, dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
MBS merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengatur kehidupan sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para tenaga kependidikan, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyrakat terhadap pendidikan. Oleh karena itu pemimpin sekolah perlu terus menerus membina hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat yang nantinya akan memunculkan hubungan kultural dan melibatkan lingkungan sekitar. Sekolah perlu banyak memberi informasi kepada masyarakat tentang program-prgoram dan problem-problem yang dihadapi, agar masyarakat mengetahui dan memahami masalah-masalah yang dihadapi sekolah. Harapannya yaitu tumbuhnya rasa simpati dan partisipasi masyarakat
Kebijakan Direktur Pendidikan Menengah Umum tentang Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah menekankan agar sekolah mampu mengkoordinasikan dan menyerasikan segala sumber daya yang ada disekolah dan di luar sekolah untuk mewujudkan sekolah yang bermutu. Untuk mewujudkan itu semua diperlukan kesiapan dan kemampuan agar bisa memberdayakan semua komponen di sekolah dan di luar sekolah agar berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
2.      Bagaimana managemen hubungan sekolah dengan budaya berbasis sekolah ?
3.      Bagaimana managemen hubungan sekolah dengan lingkungan masyarakat sekitar berbasis sekolah ?
4.      Bagaimana keterkaitan antara managemen hubungan sekolah, budaya, lingkungan, masyarakat berbasis sekolah ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
2.      Menetahui managemen hubungan sekolah dengan budaya berbasis sekolah.
3.      Mengetahui managemen hubungan sekolah dengan lingkungan sekitar berbasis sekolah.
4.      Mengetahui managemen hubungan sekolah dengan masyarakat berbasis sekolah.
5.      Mengetahui keterkaitan antara managemen hubungan sekolah, budaya, lingkungan, masyarakat berbasis sekolah.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Mengkaji tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
2.      Mengkaji managemen hubungan sekolah dengan budaya berbasis sekolah.
3.      Mengkaji managemen hubungan sekolah dengan lingkungan masyarakat berbasis sekolah.
4.      Mengkaji keterkaitan antara managemen hubungan sekolah, budaya, lingkungan, masyarakat berbasis sekolah.







BAB 2
PEMBAHASAN
A.      Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu isu yang kuat didorong ke permukaan dalam konteks implementasi gagasan reformasi pendidikan yang direfleksikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 51 ayat (1) menyatakan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.” 
Manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management” yang memiliki arti sebagai suatu pendekatan praktis yang bertujuan untuk mendesain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.  MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut para ahli:
a.      Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.
b.        Menurut Nurkholis (2003:1) menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya berdasar pada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c.         Menurut Myers dan Stonehill (1993) menjelaskan bahwa MBS merupakan strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan mentransfer otoritas pengambilan keputusan secara signifikan dari pemerintah pusat dan daerah ke sekolah-sekolah secara individual.
Manajemen Berbasis Sekolah pada prinsipnya menempatkan kewenangan yang bertumpu pada sekolah dan masyarakat, menghindari format sentralisasi dan birokratisasi yang dapat mneyebabkan hilangsa fungsi manajemen sekolah. MBS memandang sekolah sebagai suatu lembaga yang harus di kembangkan. Prestasi kerja sekolah diukur dari perkembangannya. Oleh karena itu, semua kegiatan program sekolah ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada siswa secara oprimal.
MBS memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan pengelolaan system pendiikan atau administrator secara professional. Oleh karena itu, keberhasilan dalam mencapai kinerja unggul akan sangat ditentukan oleh faktor informasi, pengetahuan, keterampilan, dan insentif (hadiah) yang berorientasi pada mutu, efisiensi dan kemandirian sekolah. Berkaitan dengan harapan untuk menghasilkan mutu yang baik, konsep MBS memperhatikan aspek-aspek mutu yang harus dikendalikan secara komprehensif yaitu karakteristik mutu pendidikan, baik input, proses, maupun output atas pembiayaan, metode atau sistem penyampaian bahan atau materi pelajaran pelayanan pada siswa dan orang tua atau masyarakat.
MBS akan efektif diterapkan jika para pengelola pendidikan mampu melibatkan stakeholders terutama peningkatan peran serta masyarakat dalam menentukan kewenangan, pengadministrasian, dan inovasi kurikulum yang dilakukan oleh masing-masing sekolah. Oleh karena itu, validitas sekolah terhadap stakeholder akan menjadi titik awal kepercayaan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat jika sekolah mampu memenuhi harapan atau kebutuhan siswa dan msyarakat.
Jadi, dari uraian di atas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pengelolaan sumber daya sekolah yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah, baik dari kepala sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat serta mengikutkansertakan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah untuk mencapai tujuan peningkatan sekolah dengan proses yang baik.
B.       Managemen Hubungan Sekolah Dengan Budaya Berbasis Sekolah
Istilah “budaya” dari ilmu Antropologi Sosial dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat yang ditransmisikan bersama. Managemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah adalah pengaturan budaya dan lingkungan sekolah yang meliputi kegiatan merencanakan, dan mengorganisasikan melaksanakan, mengevaluasi program kegiatan budaya, dan lingkungan sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi managemen berbasis sekolah. Hubungan sekolah dan masyarakat memunculkan sebuah hubungan kultural yakni hubungan kerjasama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada bahkan yang diharapkan adalah sekolah dapat menjadi titik pusat dan sumber tempat terpancarnya nilai dan seni yang baik bagi kemajuan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang maju. Misalnya, sekolah yang berada di daerah yang mayoritas masyarakatnya memiliki budaya membatik bisa dijadikan inspirasi bagi sekolah tersebut untuk mengembangkan budaya batik menjadi muatan lokal, kemudian nantinya hasil kreasi siswa dapat dipasarkan dimasyarakat. Sehingga, budaya batik tersebut dapat berkembang dan dapat dikenal masyarakat lebih luas. Jadi, tidaklah salah bila sekolah dijadikan barometer bagi maju mundurnya kehidupan beragama, cara berpikir, kesenian, kebudayaan, dan berbagai hal yang terjadi dalam masyarakat. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara kehidupan disekolah dan kehidupan di masyarakat.
C.      Managemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat Berbasis Sekolah
Secara etimologis, hubungan sekolah dan masyarakat diterjemahkan dari bahasa inggris “public school relation” yang berarti hubungan sekolah dan masyarakat sebagai hubungan timbal balik antara organisasi (sekolah) dengan masyarakat/ lingkungannya yang terkait.
Menurut Rugaiyah (2011: 73) hubungan sekolah dan masyarakat didefinisikan sebagai proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan karya pendidikan serta pendorong minat dan tanggung jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah.
Menurut Wahjosumidjo manajemen humas adalah suatu proses pengembagan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat yang bertujuan memungkinkan orang tua dan warga wilayah berpartisipasi aktif dan penuh arti di dalam kegiatan pendidikan di sekolah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat adalah segala penataan yang berkaitan dengan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat dimaksudkan untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Masyarakat dalam konteks ini mencakup orang-orang tua murid, badan/lembaga pemerintah/swasta, masyarakat pada umumnya yang berada disekitar sekolah dan/atau yang terkait dengan sekolah. Masyarakat sebenarnya merupakan laboratorium pendidikan yang tidak ternilai harganya baik dalam rangka mengembangkan pengetahuan, sikap/nilai maupun keterampilan. Oleh karena itu kehidupan sekolah harus sinkron dan terpadu dengan kehidupan masyarakat. Keduanya dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.

Ada tiga faktor yang menyebabkan sekolah harus berhubungan dengan masyarakat :
a.       Faktor perubahan sifat, tujuan dan metode mengajar di sekolah.
b.      Faktor masyarakat, yang menuntut adanya perubahan-perubahan dalam pendidikan di sekolah dan perlunya bantuan masyarakat terhadap sekolah.
c.       Faktor perkembangan ide demokrasi bagi masyarakat terhadap pendidikan.
Di samping hal tersebut ada beberapa alasan yang melandasi pentingnya adanya kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu:
1.         Sebagai sarana sekolah untuk mengenalkan diri kepada masyarakat luas tentang apa yang sedang dan akan dikerjakan.
2.         Sebagai alat untuk menyebarkan gagasan kepada orang lain.
3.         Sebagai sarana untuk memperoleh bantuan dari masyarakat.
4.         Untuk sarana membuka diri agar memperoleh kritik dan saran.
5.         Memenuhi keingintahuan manusia dalam rangka naluri untuk selalu mengembangkan diri.
Hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya bersifat alami dan tidak dibuat-buat, ada timbal balik, suka rela, berkelanjutan dan konstruktif kreatif. Selanjutnya misi hubungan hendaknya lebih meningkatkan keserasian kehidupan di sekolah dengan di masyarakat sehingga kehidupan di sekolah tidak terasing dari kehidupan di masyarakat (Depdikbud, 1994:50).

C.1 Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Tujuan Husemas dimaksudkan untuk menciptakan hubungan sekolah secara harmonis, meningkatkan kemajuan pendidikan di sekolah dan memberi manfaat masyarakat akan kemajuan sekolah.
Menurut Elsbree yang dikutip (dalam Sobari:1994) mengemukakan tujuan-tujuan husemas, yaitu sebagai berikut:
a.    Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
b.    Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
c.    Untuk mengembangkan antusiasme/ semangat saling bantu antara sekolah dengan masyarakat demi kemajuan kedua belah pihak.

C.2 Cara Menjalin Hubungan Sekolah dan Masyarakat
1.         Memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang sedang dilaksanakan, maupun yang kan dilaksanakan, sehingga masyarakat mendapat gambran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan, transparan dalam pengelolaan dana sekolah, bersifat terbuka dalam menampung aspirasi dari masyarakat.
2.         Melalui hubungan yang harmonis, diharapkan mencapai tujuan hubungan sekolah dan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di seklah secara produktif, efektif dan efisien sehingga meghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan berkualitas.
C.3 Manfaat Hubungan Sekolah dengan masyarakat
a.         Manfaat bagi sekolah, antara lain:
1.      Memperbesar dorongan untuk mawas diri.
2.      Mempermudah memperbaiki pengelolaan sekolah.
3.      Mengurangi miskonsepsi masyarakat tentang sekolah.
4.      Mendapatkan kritik dan saran dari masyarakat.
5.      Memudahkan dalam meminta bantuan dan dukungan dari masyarakat.
6.      Memudahkan penggunaan media pendidikan di masyarakat.
7.      Memudahkan pendataan narasumber.
b.         Manfaat bagi masyarakat, antara lain:
1.      Mengetahui aktivitas sekolah dan program-programnya.
2.      Kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan sekolah lebih mudah terwujudkan.
3.      Mendapatkan nilai tambah dalam hal inovasi dan kreativitas sekolah.
4.      Memberikan harapan yang lebih baik terhadap masa depan peserta didik.
5.      Menyalurkan dukungan (amal, zakat, dan infaq) dari masyarakat.
6.      Mendorong terciptanya masyarakat madani.
C.4 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Apabila kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat ingin berhasil mencapai sasaran, baik dalam arti sasaran masyarakat atau orang tua yang dapat diajak kerjasama maupun sasaran hasil yang diinginkan, maka beberapa prinsip-prinsip pelaksanaan di bawah ini harus menjadi pertimbangan dan perhatian.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat, sebagai berikut:
1.    Integrity
Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat harus terpadu, dalam arti apa yang dijelaskan, disampaikan dan disuguhkan kepada masyarakat harus informasi yang terpadu antara informasi kegiatan akademik maupun informasi kegiatan yang bersifat non akademik.
Biasanya sering terjadi sekolah tidak menginformasikan atau menutupi sesuatu yang sebenarnya menjadi masalah sekolah dan perlu bantuan atau dukungan orang tua murid. Oleh sebab itu sekolah harus sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan adanya salah persepsi, salah interpretasi tentang informasi yang disajikan dengan melengkapi informasi yang akurat dan data yang lengkap, sehingga dapat diterima secara rasional oleh masyarakat.
Hal ini sangat penting untuk meningkatkan penilaian dan kepercayaan masyarakat atau orang tua murid terhadap sekolah, atau dengan kata lain transparansi sekolah sangat diperlukan, lebih-lebih dalam era reformasi dan abad informasi ini, masyarakat akan semakin kritis dan berani memberikan penilaian secara langsung tentang sekolah.
2.      Continuity
Prinsip ini berarti, bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat harus dilakukan secara terus menerus.
Jadi, pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat tidak hanya dilakukan secara insedental atau sewaktu-waktu, misalnya satu kali dalam satu tahun atau sekali dalam satu semester, hanya dilakukan oleh sekolah pada saat akan meminta bantuan keuangan kepada orang tua atau masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat selalu beranggapan apabila ada panggilan sekolah untuk datang ke sekolah selalu dikaitkan dengan uang. Akibatnya mereka cenderung untuk tidak menghadiri atau sekedar mewakilkan kepada orang lain untuk menghadiri undangan sekolah. Apabila ini terkondisi, maka sekolah akan sulit mendapat dukungan yang kuat dari semua orang tua murid dan masyarakat.
Perkembangan informasi, perkembangan kemajuan sekolah, permasalahan-permasalahan sekolah bahkan permasalahan belajar siswa selalu muncul dan berkembang setiap saat, karena itu maka diperlukan penjelasan informasi yang terus menerus dari sekolah untuk masyarakat atau orang tua murid, sehingga mereka sadar akan pentingnya keikutsertaan mereka dalam meningkatkan mutu pendidikan putra-putrinya.

3.      Simplicity
Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah dengan masyarakat yang dilakukan baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok  pihak pemberi informasi (sekolah) dapat menyederhanakan berbagai informasi yang disajikan kepada masyarakat. Informasi yang disajikan kepada masyarakat melalui pertemuan langsung maupun  melalui media hendaknya disajikan dalam bentuk sederhana sesuai dengan kondisi dan karakteristik pendengar (masyarakat setempat).
Prinsip kesederhanaan ini juga mengandung makna bahwa: informasi yang disajikan dinyatakan dengan kata-kata yang penuh persahabatan dan mudah dimengerti. Banyak masyarakat yang tidak memahami istilah-istilah yang sangat ilmiah, oleh sebab itu penggunaan istilah sedapat mungkin disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat.
4.      Coverage
Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan mencakup semua aspek, faktor atau substansi yang perlu disampaikan dan diketahui oleh masyarakat, misalnya program ekstra kurikuler, kegiatan kurikuler, remedial teaching dan lain-lain kegiatan. Prinsip ini juga mengandung makna bahwa segala informasi hendaknya:
a.         Lengkap, artinya tidak satu informasipun yang harus ditutupi atau disimpan,  padahal masyarakat atau orang tua murid mempunyai hak untuk mengetahui keberadaan dan kemajuan sekolah dimana anaknya belajar. Oleh sebab itu, informasi kemajuan sekolah, masalah yang dihadapi sekolah serta prestasi yang dapat dicapai sekolah harus dinformasikan kepada masyarakat.
b.        Akurat, artinya informasi yang diberikan memang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dalam kaitannya ini juga berarti bahwa informasi yang diberikan jangan dibuat-buat atau informasi yang obyektif.
c.         Up to date, berarti informasi yang diberikan adalah informasi perkembangan, kemajuan, masalah dan prestasi sekolah terakhir.
Demikian, masyarakat dapat memberikan penilaian sejauh mana sekolah dapat mencapai misi dan visi yang disusunnya.
5.      Constructiveness
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya konstruktif,  dalam arti sekolah memberikan informasi yang konstruktif  kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan memberikan respon hal-hal positif tentang sekolah  serta mengerti dan memahami secara detail berbagai masalah yang dihadapi sekolah. Apabila hal tersebut dapat mereka mengerti, akan merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong mereka untuk memberikan bantuan kepada sekolah sesuai dengan permasalahan sekolah yang perlu mendapat perhatian dan pemecahan bersama. Hal ini menuntut sekolah untuk membuat daftar masalah yang perlu dikomunikasikan secara terus menerus kepada sasaran masyarakat tertentu.
Penjelasan yang konstruktif  akan menarik bagi masyarakat dan akan diterima oleh masyarakat tanpa prasangka tertentu, hal ini akan mengarahkan mereka untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan sekolah.
6.      Adaptability
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya disesuaikan dengan keadaan di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Penyesuaian dalam hal ini termasuk penyesuaian terhadap aktivitas, kebiasaan, budaya (culture) dan bahan informasi yang ada dan berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Bahkan pelaksanaan kegiatan hubungan dengan masyarakat pun harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Misalnya saja masyarakat daerah pertanian yang setiap pagi bekerja di sawah, tidak mungkin sekolah mengadakan kunjungan (home visit) pada pagi hari.

7.      Peranan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
a.       Sekolah sebagai partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Dalam konteks ini, berarti keduanya, yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai pusat-pusat pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsional.
b.      Sekolah sebagai prosedur yang melayani kesan pesan pendidikan dari masyarakat lingkungannya. Berdasarkan hal ini, berarti antara masyarakat dengan sekolah memiliki ikatan hubungan rasional berdasarkan kepentingan di kedua belah pihak.
c.       Masyarakat  berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.
d.      Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
e.       Masyarakat yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, dan sebagainya.
f.       Masyarakat yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah.
g.      Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar seperti aspek alami, industri, perumahan, transportasi, perkebunan, pertambangan dan sebagainya.

8.      Peran Serta Komite Sekolah dalam Kontek MBS dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah
Dibentuknya komite sekolah, supaya ada suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat. Keberadaan komite sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan pendidikan atau sekolah. Oleh karena itu, pembentukkan komite sekolah harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada.
Peran komite sekolah adalah sebagai berikut:
a.    Sebagai lembaga pemberi pertimbangan (Advissorry Agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
b.    Sebagai lembaga pendukung (Supporting Agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
c.    Sebagai lembaga pengontrol (Controlling Agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaran dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
d.   Sebagai lembaga mediator (Mediator Agency) antara pemerintah (Eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.
Komite sekolah dapat diberdayakan dalam menjebatani kepentingan sekolah dan partisipasi masyarakat, khususnya orang tua siswa. Dalam konteks ini, komunikasi antara sekolah dengan masyarakat memiliki peran sangat penting. Seorang kepala sekolah dapat menguasai guru, staf, dan masyarakat dengan kemampuannya komunikasi. Dengan kemampuan itu pula, kepala sekolah dapat mengkomunikasikan program sekolah kepada komite sekolah dan masyarakat. Jadi, melalui komunikasi yang baik, seluruh elemen masyarakat dan sekolah dapat dipersatukan secara harmonis guna mendukung pencapaian mutu pendidikan yang lebih baik.
D.    Keterkaitan antara Manajemen Hubungan Sekolah, Budaya, Lingkungan Masyarakat Berbasis Sekolah
Hubungan sekolah dan masyarakat memunculkan sebuah hubungan kultural yakni hubungan kerjasama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada bahkan yang diharapkan adalah sekolah dapat menjadi titik pusat dan sumber tempat terpancarnya nilai dan seni yang baik bagi kemajuan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang maju. Misalnya, sekolah yang berada di daerah yang mayoritas masyarakatnya memiliki budaya membatik bisa dijadikan inspirasi bagi sekolah tersebut untuk mengembangkan budaya batik menjadi muatan lokal, kemudian nantinya hasil kreasi siswa dapat dipasarkan dimasyarakat. Sehingga, budaya batik tersebut dapat berkembang dan dapat dikenal masyarakat lebih luas. Jadi, tidaklah salah bila sekolah dijadikan barometer bagi maju mundurnya kehidupan beragama, cara berpikir, kesenian, kebudayaan, dan berbagai hal yang terjadi dalam masyarakat. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara kehidupan disekolah dan kehidupan di masyarakat.


SIMPULAN
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pengelolaan sumber daya sekolah yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah, baik dari kepala sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat serta mengikutkan sertakan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah untuk mencapai tujuan peningkatan sekolah dengan proses yang baik.
Sedangkan dalam managemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah adalah pengaturan budaya dan lingkungan sekolah yang meliputi kegiatan merencanakan, dan mengorganisasikan melaksanakan, mengevaluasi program kegiatan budaya, dan lingkungan sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi managemen berbasis sekolah. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat dimaksudkan untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah.














DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim. 2006. Dasar-dasar manajemen dan supervisi taman kanak-kanak. Jakarta: PT Bumi Aksara
Fattah, Nanang. 2012. Sistem penjaminan mutu pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma pendidikan demokratis sebuah model pelibatan masyarakat dalam penyelenggara pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Rugaiyah. Sismiati, Atiek. 2011. Profesi Kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.
tanggal 04 maret 2016 pukul 09.00 WIB.
https://fadillawekay.wordpress.com/pendidikan/administrasi-pendidikan/hubungan-sekolah-dan-masyarakat/.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar