Lagi-lagi pengamen itu menyanyikan lagu yang bercerita tentang
pentingnya berbagi. Hari ini juga Mira seperti biasanya memberi uang
receh kepada pengamen itu. Selesai bernyanyi pengamen itu lama sekali
duduk di depan warung Mira untuk menghitung uangnya. Setelah lama
memperhatikannya di belakang etalase ternyata Mira menyadari bahwa
pengamen ini cukup berbeda dengan pengamen lainnya yang terlihat kumal,
dekil dan menyeramkan. Pengamen ini cukup rapih dan bersih lagipula
suaranya cukup bagus tidak seperti pengamen biasanya.
Pengamen itu bangun dari duduknya, buru-buru Mira langsung pura-pura
membaca buku komik yang dipegangnya. Pengamen itu masuk ke warung lalu
mengambil sebotol minuman dari dalam showcase sambil menyodorkan uang 5
ribu. Mira mengambil uang itu dan memasukkannya ke dalam tempat uang.
“kenapa ngeliatin gua terus tadi?” tanya pengamen itu. Mendengar itu
Mira cukup kaget tapi Mira berhasil berpura-pura tidak kaget “Gak
apa-apa kok.” Jawab Mira. “Jijik ya ngeliat pengamen kaya gua? Gua janji
kok besok gua gak akan ngitung duit lagi disitu” ujar pengamen itu
dengan nada yang sangat halus. “Eh, boleh kok. Bukannya jijik cuman
aku.. eh gua tuh pengen liatin lu aja.” Jawabku dengan sangat malu.
Pengamen itu sontak langsung bengong melihat Mira berbicara seperti
itu. Tapi pengamen itu melanjutkan meminum minuman yang dipegangnya
tanpa menghiraukan Mira. “Tapi kok elu beda ya sama pengamen lain yang
hehe maaf ya, kumel dekil trus urakan?” tanya Mira karena penasaran.
“Gua mah ngamen bukan buat gua. Tapi buat anak-anak yang luar biasa”
jawab pengamen itu sambil mengembangkan senyumnya.
“Maksudnya anak-anak luar biasa?” tanya Mira makin penasaran. “Anak-anak
panti asuhan yang cacat. Panti mereka kehabisan uang buat ngebiayain
anak-anak itu. Makanya gua sama temen-temen berusaha ngumpulin uang
sendiri buat anak-anak itu.” Jawab pengamen itu. “Emang biasanya lu
dapet duit darimana?” tanya Mira lagi. “Dari ortu gua lah. Gua masih
sekolah ko nih KTP (Kartu Tanda Pelajar) gua (sambil menyodorkan KTPnya
itu), gua sekarang emang baru bisa nyari duit lewat ngamen kaya gini
tapi kalo nanti sekolah gua beres, pasti sukses”. Jawab pengamen itu.
Tiba-tiba semuanya menjadi hening begitu saja. Tentu saja karena si
pengamen yang malu menceritakan hidupnya pada orang yang dia tidak
kenal. “Ohh Andi namanya? Anak SMA Bangga Indonesia ya? Gua juga sekolah
disitu kok. Tapi kok gua jarang liat elu ya? Emang lu kelas berapa?”
tanya Mira terus-menerus sambil mengembalikan KTP pengamen itu.
Pengamen itu hanya diam saja karena malu. “Gua Mira, anak SMA Bangga
Indonesia. Kelas XI IPA 2. Salam kenal ya Andi?” Mira berusaha
mencairkan suasana yang hening itu. “Iya salam kenal juga Mira. Gua
kelas XI IPS 1 Mira.” Jawab Andi malu-malu. Kemudian pengamen yang
ternyata teman satu sekolahnya itu berpamitan untuk melanjutkan mencari
uang.
Besoknya karena penasaran Mira mendatangi kelas XI IPS 1 untuk
melihat Andi, sambil menemui Rina sahabat Mira. Ternyata Andi memang ada
di kelas itu, sangat rapi sekali, beda ketika dia mengamen. Melihat
Mira, Andi yang sedang membaca buku tebal itu tersenyum dan menganggukan
kepala kepada Mira. Mira yang masih bengong karena melihat Andi
langsung membalas senyum Andi. Tentu saja Mira bertanya-tanya pada Rina
tentang Andi. Ternyata Andi adalah salah satu anak yang cukup
berpengaruh di sekolah Mira.
Ketika pulang sekolah Mira memikirkan kata-kata Andi tentang
anak-anak cacat itu. Ketika sedang membayangkan seperti apa, terdengar
suara khas genjrengan gitar Andi. Andi hanya tersenyum sambil memainkan
gitarnya. “Loh, gak dijemput?” tanya Mira. “Gua mah jarang dijemput
kali.” Jawab Andi. Trus lu kenapa lewat sini hayo? Modus ya lu balik
bareng gua?” tanya Mira sambil memasang muka serius. “idih, biasa aja
mukanya. ge-er lu. Gua balik jalan kaki terus kali. Rumah gua kan deket
rumah elu. Gua kan sering liat elu balik, makanya kemaren gua kasih liat
KTP gua, gua yakin lu anak sini. Tapi gua gagal deh buat nyembunyiin
dari elu kalo gua anak BaIn (Bangga Indonesia).” Jawab Andi sambil
memainkan gitarnya. “ohh, kok gua gak tau ya?” tanya Mira. Andi hanya
mengangkat bahunya, tentu saja artinya tidak tau.
Lama mereka berbincang tentang anak-anak luar biasa itu tidak terasa
sudah sampai rumah Mira. Kemudian mereka berpisah. Selesai mandi dan
makan, Mira memutuskan ingin melihat anak-anak luar biasa itu besok
bersama Andi.
Besoknya ketika pulang sekolah Mira menunggu Andi di gerbang sekolah.
Lama berbincang akhirnya Andi mau mengantar Mira ke Panti itu. Ketika
sampai ternyata banyak sekali anak-anak yang cacat. Para pengurusnya
juga ternyata banyak yang anak jalanan. Mereka disambut ramah oleh para
pengurus dan anak-anak panti. Andi berbincang-bincang dengan para
pengurus, tapi Mira hanya disuruh menemani anak-anak panti bermain.
Ketika Mira melihat ke jendela banyak orang-orang yang seumuran Andi
di teras rumah sedang menghitung uang. Sepertinya mereka juga para
pengamen pikir Mira. Setelah berbincang dengan para pengurus, Andi
mengajakku pulang. Tapi ketika para pengamen yang di luar itu masuk,
semua anak-anak luar biasa ini langsung menyambut mereka untuk bermain
bersama. Salah seorang pengamen itu ada yang kakinya cacat, membawa uang
yang dihitung bersama-sama diluar tadi. Pengamen itu langsung
memberikannya kepada pengurus panti. Mira yang melihat kejadian itu
hanya bengong. “Kenapa?” tanya Andi. “mereka kerja seharian cuma buat
panti ini?” jawab Mira sedikit ragu. “iya. Emang kenapa? Tanya Andi
heran. “mereka dermawan banget” jawab Mira masih tidak percaya.
“Dermawan itu buat siapa aja kali Mira. Makanya gua ikut ngamen karena
mereka, gua pengen tau rasanya” Jawab Andi sambil senyum. Mira pun
mengerti, kemudian Mira mengeluarkan uang 300 ribu dari dompetnya dan
memberikannya pada pengurus panti. Walaupun itu uangnya untuk membeli
baju baru tapi jelas menurut Mira, anak-anak ini jauh lebih membutuhkan
daripada dirinya.
Cerpen Karangan: Tania
Tidak ada komentar:
Posting Komentar