Dosen pengampu:Drs, Masturi MM.
Kelompok 16
Desi aprilliani (201433055)
Indah fitriani (201433052)
Nailil novita sari (201433077)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2014
Kata Pengantar
Puji syukur
kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya kami berhasil
mengemban dan menyelesaikan tugas yang diberikan Bapak Masturi selaku dosen
pengampu mata kuliah filsafat dan nilai budaya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Pendidikan dan Perubahan Kebudayaan.
Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga bantuan yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini selalu mendapat balasan yang setimpal dari Yang Maha
Kuasa.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kami mohon bagi para pembaca untuk menyampaikan masukan guna
memperbaiki karya-karya selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
Akhirnya
ucapan mohon maaf dan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak atas
segala kekurangan dan bantuan yang diberikan.
Kudus, 23 September 2014
Tim
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian
khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih
mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan.
Kata
kebudayaan berasal dari kata budih dalam bahasa sansekerta yang berarti akal
kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk) sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budhi dan daya. Budhi adalah
akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti
perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan
sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan
adalah culture, berasal dari kata culere (bahasa yunani) yang
berarti mengerjakan tanah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengertian pendidikan
dalam lingkup kebudayaan?
2. Bagaimana hubungan antara perubahan
sosial dan pendidikan?
3. Apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan kebudayaan masyarakat?
4. Bagaimanakah maksud dari pendidikan
sebagai dasar pengembangan masyarakat baru?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan dalam lingkup
kebudayaan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara perubahan sosial dan
pendidikan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan kebudayaan masyarakat.
4. Untuk mengetahui maksud dari
pendidikan sebagai dasar pengembangan masyarakat baru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan dalam lingkup kebudayaan
B.
2.1. Pendidikan dalam lingkup kebudayaan
Pada
dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup
kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin
interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil
perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.Proses
hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu
rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu
melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Disini kebudayaan
dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah
mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk
mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Antara
pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai. Dalam konteks
kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen pengajaran
nilai-nilai budaya. Dari paparan terakhir dapat ditangkap bahwa pada dasarnya
pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia sesuai
dengan kodrat budaya yang dimiliki.
Uraian
tentang pendidikan dan kebudayaan akan diterangkan dalam urutan pembahasan
dibawah ini.
1.
2.2. Kepribadian
dalam Proses Kebudayaan
Fungsi
pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan
kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun
kebudayaan bukanlah sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. Di dalam
perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan
dapat berkembang melalui kepribadian–kepribadian tersebut.
2. 2.3.
Penerusan kebudayaan
Satu proses
yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Proses
tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi
kepada generasi
berikutnya. Bahkan banyak ahli
pendidikan yang merumuskan proses pendidikan tidak lebih dari proses transmisi
kebudayaan. Di dalam transmisi tersebut kita lihat tiga unsur utama yaitu, (1)
unsur-unsur yang ditransmisi, (2) proses transmisi, dan (3) cara transmisi.
Unsur-unsur
kebudayaan manakah yang ditransmisi? Pertama-tama tentunya unsur-unsur tesebut
ialah nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup
serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya
berbagai kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para
anggota di dalam masyarakat tersebut. Selain itu, berbagai sikap serta peranan
yang diperlukan di dalam dunia pergaulan dan akhirnya berbagai tingkah-laku
lainnya termasuk proses fisiologi, refleks dan gerak atau reaksi-reaksi
tertentu dalam penyesuaian fisik termasuk gizi dan tata-makanan untuk dapat
bertahan hidup.
Proses
transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi
adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi di dalam
lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal.
Yang diimitasi adalah unsur-unsur yang telah dikemukakan di atas. Transmisi
unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Rangkaian transmisi
berangkat dari imitasi, identifikasi, dan sosialisasi, berkaitan dengan
bagaimana cara mentransimisikannya. Dalam hal ini ada dua bentuk peran-serta
dan bimbingan. Cara transmisi dengan peran-serta antara lain dengan melalui
perbandingan
2.4. Pendidikan dan proses
Pembudayaan
Di dalam proses pembudayaan terdapat pengertian
seperti inovasi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi,
inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan serta banyak lagi terminology
lainnya. Beberapa proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penemuan
atau Invensi
Dengan invensi maka umat manusia
dapat menemukan hal-hal yang dapat mengubah kebudayaan. Dengan
penemuan-penemuan melalui ilmu pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industri
yang telah menyebabkan suatu revolusi kebudayaan terutama di negara-negara
barat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah membuka
horizon baru di dalam kehidupan umat manusia.
b. Difusi
Difusi kebudayaan berarti pembauran
dan atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang lebih maju
kepada masyarakat yang lebih tradisional. Pada dasarnya setiap masyarakat
setiap jaman selalu mengalami difusi. Hanya saja proses difusi pada jaman yang
lalu lebih bersifat perlahan-lahan.
c. Akulturasi
Salah satu bentuk difusi kebudayaan
ialah akulturasi. Dalam proses ini terjadi pembaruan budaya antar-kelompok atau
di dalam kelompok yang besar.
d. Asimilasi
Proses asimilasi dalam kebudayaan
terjadi terutama antaretnis dengan subbudaya masing-masing. Biasanya proses
asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat
terbatas dan kadang-kadang dianggap tabu. Namun dewasa ini proses asimilasi itu
banyak sulit dihilangkan.
e. Inovasi
Inovasi mengandalkan adanya pribadi
yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif.
Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh
kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka
kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya
yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern mpribadi yang
inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi
merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia
yang terbuka dewasa ini.
f. Fokus
Konsep ini menyatakan adanya
kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksitas dan variasi dalam
lembaga-lembaga serta menekankan pada aspek-aspek tertentu. Artinya berbagai
kebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya kepada
aspek teknologi, aspek kesenian seperti dalam kebudayaan Bali, aspek
perdagangan, dan sebagainya. Dalam proses pembudayaan melalui fokus itu kita
lihat betapa besar peranan pendidikan. Pendidikan dapat memainkan peranan
penting di dalam terjadinya proses perubahan yang sangat mendasar tersebut
tetapi juga yang dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
g. Krisis
Konsep tersebut merupakan
konsekuensi akibat proses akulturasi kebudayaan. Suatu contoh yang jelas
timbulnya krisis di dalam proses westernisasi terhadap kehidupan budaya-budaya
Timur. Sejalan dengan maraknya kolonialisme ialah masuknya unsur-unsur budaya
Barat memasuki dunia ketiga. Terjadilah proses akulturasi yang kadang-kadang
menyebabkan hancurnya kebudayaan lokal.
h.
Visi Masa
Depan
Suatu hal yang baru dalam proses
pembudayaan dewasa ini ialah peranan visi masa depan. Terutama dalam dunia
global tanpa-batas dewasa ini diperlukan suatu visi ke arah mana masyarakat
dan bangsa kita akan menuju. Tanpa visi yang jelas
yaitu visi yang berdasarkan nilai-nilai yang hidup di dalam kebudayaan bangsa
(Indonesia), akan sulit untuk menentukan arah perkembangan masyarakat dan
bangsa kita ke masa depan, atau pilihan lain ialah tinggal mengadopsi saja apa
yang disebut budaya global.
Perubahan Sosial dan Pendidikan
2.1. Perubahan Sosial
dan Pendidikan
Sejalan dengan penjelasan perubahan
sosial di atas maka sebenarnya di manakah letak posisi pendidikan. Dalam hal
ini kita mengingat penuturan Eisentandt dalam Faisal dan Yasik (1985)
institusionalisasi merupakan proses penting untuk membantu berlangsungnya
transformasi potensi-potensi umum perubahan sehingga menjadi kenyataan sejarah.
Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang berupaya menjembatani
dan memelihara warisan budaya suatu masyarakat. Melihat perkembangan masyarakat
yang sering dilanda perubahan secara tiba-tiba, maka kemungkinan terjadinya
dampak negatif yang akan menggejala ke dalam kehidupan masyarakat tidak dapat
dihindari kehadirannya.
Gejala ketimpangan budaya atau cultural
lag, harus dapat diminimalisasi pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan
masyarakat. Untuk itu sebagai lembaga yang berfungsi menjaga dan mengarahkan
perjalanan masyarakat, pendidikan harus dapat menangkap potensi kebutuhan
masyarakat. Dalam proses perubahan sosial modifikasi yang terjadi seringkali
tidak teratur dan tidak menyeluruh, meskipun sendi-sendi yang berubah itu
saling berkaitan secara erat, sehingga melahirkan ketimpangan kebudayaan.
Dikatakan pula olehnya bahwa cepatnya perubahan teknologi jelas akan membawa
dampak luas ke seluruh institusi-institusi masyarakat sehingga munculnya
kemiskinan, kejahatan, kriminalitas dan lain sebagainya merupakan dampak
negatif yang tidak bisa dicegah. Untuk itulah pendidikan harus mampu melakukan
analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang paling mendesak dapat
mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan
Kebudayaan Masyarakat
2.1. Kekuatan Demokratisasi
Saat ini gelombang demokratisasi
sedang melanda dunia. Semenjak beberapa waktu lalu dimana-mana telah terjadi
penghancuran dinasti pemerintah otoriter oleh rakyat beriringan dengan
tumbuhnya pemerintah yang demokratis. Meskipun bukannya tanpa hambatan namun
dewasa ini menurut Huntington (1995) gelombang demokratisasi telah mencapai
tahap ketiga. Menurut pengamatannya gelombang demokratisasi yang pertama
berakar dari revolusi Perancis dan revolusi Amerika yang memperjuangkan hak-hak
rakyat untuk mengatur dirinya sendiri. Gelombang kedua terutama terjadi setelah
perang dunia kedua dengan lahirnya nagara-negara baru di Afrika dan Asia dari
daerah-daerah bekas penjajahan. Gelombang ketiga ditandai oleh pemerintah
diktator di Eropa Selatan seperti Portugal telah terjadi penumbangan
pemerintahan diktator pada tahun 1974, diikuti oleh pendemokrasian
negara-negara Eropa Selatan lainnya seperti Yunani dan Spanyol. Sejak tahun
1980 proses demokratisasi mulai menelan dunia komunis seperti Polandia.
Rontoknya negaranegara
komunis pada penghujung tahun 80-an ditandai oleh
rontoknya tembok Berlin yang memisahkan Berlin Barat yang demokratis dan Berlin
Timur yang komunis. Rontoknya pemerintahan diktator komunis mencapai klimaksnya
dengan bubarnya negara Uni Sovyet. Sampai permulaan abad 21 ini proses
demokratisasi terus berlangsung. Sampai di sini kita lihat pengertian demokrasi
berhubungan
dengan sistem pemerintahan, yaitu pemerintah oleh
rakyat melalui para wakilnya di dalam suatu dewan atau majelis. Demokrasi itu
sendiri bukan merupakan suatu nama benda tetapi lebih merupakan suatu proses yaitu
proses demokratisasi.
2.2. Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Bagaimanakah dengan keadaan
kehidupan masyarakat dan negara dewasa ini? Ternyata sumber kemakmuran dan
kekuatan bukan lagi terletak pada luas wilayah dan sumber daya alamnya yang
melimpah tetapi telah berpindah pada penguasaan pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Inilah peradaban baru umat manusia. Terdapat tiga kekuatan yang
dominan yaitu:
(1)
ilmu
pengetahuan,
(2)
teknologi
sebagai penerapan ilmu pengetahuan,
(3)
informasi.
Ketiga kekuatan ini tidak berhubungan lagi secara
langsung dengan nasionalitas. Ilmu pengetahuan tidak perlu menyebarangi tapal
batas suatu Negara dan oleh sebab itu tidak lagi memerlukan paspor dan visa.
Demikian pula informasi berembus ke mana-mana tanpa batas dan tidak ada yang
dapat menghentikan atau menghambatnya.
2.3. Globalisasi
Globalisasi adalah proses kebudayaan
yang ditandai dengan adanya kecenderungan wilayah-wilayah di dunia, baik
geografis maupun fisik, menjadi seragam dalam format sosial, budaya, ekonomi
dan politik. Dalam kehidupan sosial proses global telah menciptakan
egalitarianisme. Di bidang budaya memicu munculnya internalisasi kultural, di
bidang ekonomi menciptakan saling ketergantungan dalam proses produksi dan
pemasaran, dan di bidang politik menciptakan liberalisasi. Hal-hal nyata yang
terlihat dalam era global adalah meningkatnya integrasi ekonomi antar
negara-negara di dunia, baik antarnegara maju, berkembang, dan keduanya.
Globalisasi dengan demikian diwarnai oleh ekspansi pasar dalam bentuk konkret
menjelma dalam berbagai penyelenggaraan pasar-pasar bersama regional seperti
AFTA, NAFTA, APEC, EEC, dll. Ini merupakan ekspansi hubungan dagang serta
formasi wilayah pasar terpadu di benua-benua Asia, Eropa, Amerika, Australia,
dll. Proses per85 luasan pasar di seluruh wilayah penjuru dunia tersebut
merupakan sebuah rekayasa sosial dengan skala luas, yang belum pernah
terbayangkan sebelumnya, dengan menggunakan berbagai instrument seperti ilmu pengetahuan,
teknologi, institusi sosial, politik dan kebudayaan.
Pendidikan
sebagai Dasar Pengembangan Masyarakat Baru
2.1. Pendidikan
sebagai Dasar Pengembangan Masyarakat Baru
Pendidikan telah dijadikan prioritas
utama dan pertama dari banyak negara untuk dijadikan sebagai pondasi membangun
masyarakat yang lebih demokratis, terbuka bagi perubahan-perubahan global dan
menghadapi masyarakat digital.
a. Arah Baru Pedagogik
Dalam perkembangannya, pedagogik terbatas
kepada masalah-masalah mikro pendidikan, seperti perkembangan anak, proses
belajar dan pembelajaran, fasilitas pendidikan, biaya pendidikan, manajemen
pendidikan dan sebagainya. Di dalam perkembangannya dewasa ini, pedagogik
ternyata tidak terlepas dari perubahan-perubahan sosial, politik dan ekonomi.
Pedagogik bukan sekadar mencermati perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa,
atau mengenai proses pendidikan orang dewasa, atau menyimak mengenai proses
belajar dan pembelajaran, tetapi lebih luas daripada itu, yaitu menempatkan
perkembangan dan kehidupan manusia di dalam tetanan kehidupan global. Dengan
demikian, pedagogik bukan hanya terbatas kepada ilmu mendidik dalam arti
sempit, atau sekadar aplikasi ilmu jiwa pendidikan, tetapi juga membahas
mengenai keberadaan manusia di dalam kebersamaan hidup yang mengglobal bagi
umat manusia.
2.2. Pendidikan,
Ekonomi, Politik, dan Kebudayaan
Pedagogik orientasi baru tersebut di
atas, menunjukkan keterkaitan yang erat antara pedagogik dengan pertumbuhan
ekonomi serta pertumbuhan politik. Demikian selanjutnya, pedagogik tidak dapat
dilepaskan dari kebudayaan di mana pendidikan itu merupakan bagian dari
padanya. Kebudayaan merupakan sarana, bahkan jiwa dari kohesi sosial dari suatu
masyarakat. Tanpa kohesi sosial tidak mungkin lahirnya proses pendidikan.
Demikianlah kita melihat bagaimana peranan pendidikan di dalam menata suatu
masyarakat baru. Masyarakat baru yang
berdasarkan paradigma baru, akan dapat dipersiapkan
melalui proses pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
1. Pendidikan
berperan penting dalam perubahan kebudayaan. Pendidikan sekaligus adalah sebuah
subsistem bagi kebudayaan dan sistem tersendiri yang berada di luarnya,
yang menunjang pembentukan, pengembangan, dan pelestarian kebudayaan. Sebagai
sebuah subsistem, pendidikan adalah bagian terpenting dari kebudayaan,
berfungsi sebagai pengarah kebudayaan dan sekaligus mekanisme pewarisan
nilai-nilai budaya sesuatu masyarakat dari satu ke lain generasi. Sebaliknya,
sebagai sebuah sistem tersendiri ia ditunjang oleh kebudayaan untuk membantu
perkembangan hidup manusia, baik perorangan maupun kelompok.
2. Pendidikan
dan Proses Pembudayaan meliputi Penemuan atau Invensi, Difusi, Akulturasi,
Asimilasi, Inovasi, Fokus, Krisis, Visi Masa Depan.
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perubahan Kebudayaan Masyarakat ada dua, yaitu: Kekuatan
Demokratisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Globalisasi.
4.
Pendidikan
sebagai Dasar PengembanganMasyarakat Baru dapat dilihat melalui . Arah
Baru Pedagogik Pendidikan, Ekonomi, Politik, dan Kebudayaan.
3.2. Saran
1. Gejala
ketimpangan budaya atau cultural lag, harus dapat diminimalisasi
pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan masyarakat. Untuk itu sebagai lembaga
yang berfungsi menjaga dan mengarahkan perjalanan masyarakat, pendidikan harus
dapat menangkap potensi kebutuhan masyarakat.
2. Terjadinya
perubahan-perubahan kebudayaan dalam masyarakat harus kita imbangi dengan
pendidikan, sehingga masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya dari
perubahan-perubahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi. Sebuah Bunga
Rampai: Jakarta Obor Indonesia, 1985.
Koentjaraningrat (ed). Masyarakat Desa di Indonesia
Masa Ini. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964.
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di
Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1971.
Soerjono Soekanto. Teori Sosiologi Tentang
Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.
http://arsaundagy.wordpress.com/2011/03/28/pengaruh-pendidikan-terhadap-perubahan-kebudayaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar