TUGAS RESENSI
DIKUTIP DARI BUKU DIN AL-ISLAM
Nama : Desi aprilliani
Kelas : B
Makul : Pendidikan Agama Islam
Nim
: 2014-33-055
IDENTITAS
BUKU
Judul :
Din Al-islam
Penulis :
Tim dosen PAI UNY
Penerbit
: UPP IKIP yogyakarta
Cetakan
: II, 2002
Tebal
: 144 halaman
PENULIS
1. Drs. Suroyo, M.A.
Menyelesaikan studinya
di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Program masternya
diperoleh di Amerika. Sekarang menjadi dosen tetap di Fakultas Tarbiyah IAIN sunan
kalijaga yogyakarta, termasuk ikut mengampu mata kuliah PAI di UNY. Pernah
menjabat Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga dan pernah menjabat P. R.
III Universitas islam indonesia Yogyakarta.
2. Drs. Noor Matdawan
Dilahirkan di Riau 3 Oktober 1940.
Menyelesaikan studinya di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
sejak tahun 1970 hingga sekarang menjadi dosen tetap di lembaga yang sama dan
ikut mengampu mata kuliah PAI di UNY dan UGM Yogyakarta hingga sekarang.
3. Drs. Abdurrachim
Dilahirkan di Panarukan (Madura) 3
februari 1935. Menyelesaikan studinya di Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Sejak tahun 1969 hingga 2000 menjadi dosen tetap di Fakultas
Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan mata kuliah pokok Ilmu Falak dan
ikut Mengampu mata kuliah PAI di UNY hingga sekarang. Pernah menjabat wakil
dekan Fakultas Syariah tahun 1975 dan pernah menjabat P.R. I IAIN Sunan
Kalijaga tahun 1985
4. Drs. L. Amin Widodo
Menyelesaikan Studinya di Fakultas
Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan kemudian menjadi dosen tetap di
lembaga tersebut dengan mata kuliah pokok fikih siyasah. Juga mengajar di
beberapa perguruan tinggi lain di Yogyakarta, termasuk ikut mengampu mata
kuliah Pai di UNY.
5. Drs. R.M.A. Hanafi
Menyelesaikan studinya di Fakultas
Dakwah di IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Sekarang menjadi dosen tetap dan menjadi ketua STAIMS Yogyakarta.
Juga mengajar di PAI di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Di samping itu
juga aktif dalam kegiatan dakwah islam di dalam dan luar negeri.
6. Drs. Rifa’i Abu Bakar
Dilahirkan di kecamatan singkep
(riau) 4 juli 1961. Menyelesaikan studinya di Fakultas Dakwah IAIN Sunan
Kalijaga tahun 1989. Sedang mengikuti studi S-2 di universitas muhammadiyah
yogyakarta. Menjadi dosen tetap di STAIM Yogyakarta dan ikut mengampu mata
kuliah PAI di UNY.
7. Drs. Mohammad Zaim, M.Ag
Dilahirkan di Yogyakarta 19
September 1938. Menyelesaikan studinya di Fakultas ushuludin jurusan Filsafat
Islam tahun 1966. Menjadi dosen tetap di Fakultas Teknik UNY sejak tahun 1968
hingga sekarang dengan mata kuliah pokok PAI. Pernah menjabat sebagai pembantu
Dekan III FKT IKIP tahun 1978.
8. Drs. Ajar sudrajat, M.Ag
Dilahirkan di Ciamis 21 maret 1962.
Menamatkan studinya di Fakultas Ushuludin IAIn Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun
1997/1998. Studi S-2nya di selesaikan di pascasarjanaIAIN syarif hidayatullah
jakarta tahun 1995. Sekarang menjadi dosen tetap di Jurusan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta dengan mata kuliah pokok Pendidikan
Agama Islam dan Sejaranh Peradaban Islam.
9. Drs. Marzuki, M.Ag
Dilahirkan di Banyuwangi, 21 April
1966. Menamatkan studinya di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun 1990. Studinya S-2nya diselesaikan di pascasarjana IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 1997. Sekarang menjadi dosen tetap di jurusan PPKN
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta dalam mata kuliah Hukum
Islam dan Pendidikan Agama Islam.
10. Drs. Suparlan
Dilahirkan di Kebumen tahun 1964.
Menyelesaikan studinya di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun 1990. Tahun 2002 masih mengikuti Program Pascasarjana di UNPAD Bandung
jurusan Sosiologi. Mulai taun 1992 hingga sekarang menjadi dosen tetap di UNY
dengan mata kuliah pokok PAI.
11. Dra. Mami Hajaroh, MPd.
Dilahirkan di kota Yogyakarta tahun
1968. Menyelesaikan Studinya di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 1990. Studi S2nya diselesaikan di program pascasarjana IKIP
Yogyakarta jurusan penelitian dan evaluasi pendidikan. Sejak tahun 1992 hingga
sekarang menjadi dosen di Fakultas Ilmu Pendidikan UNY dengan mata kuliah pokok
PAI.
12. Amir Syamsudin, S.Ag
Dilahirkan di Ciamis tahun 1973.
Menyelesaikan studinya di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jurusan Aqidah Filsafat tahun 1997. Studi S2-nya di program Pascasarjana di
IAIN yang sama sejak tahun 2000 menjadi dosen IAIN Yogyakarta yang
diperbantukan di UNY dengan mata kuliah pokok PAI.
ULASAN
BUKU
Penyusunan Buku Teks PAI ini
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa, yang menempuh mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.Buku PAI ini secara umum menyajikan Pendidikan Agama
Islam dalam tiga bagian kajian. Pertama, berisi kajian pengantar keislaman yang
berisi pengenalan tentang hubungan manusia dan agama, agama islam,
sumber-sumber ajaran islam yang terdiri dari al-Qur’an, as-Sunnah, dan
sumber-sumber pendukung yang menjadi bagian dari ijtihad, serta kerangka dasar
ajaran islam. Kedua, berisi kajian pokok tentang keislaman yang terdiri dari
uraian tentang 3 kerangka dasar ajaran islam, yaitu Aqidah, Syariah dan Akhlaq.
Tiga konsep ajaran inilah yang menjadi inti dari kajian pengantar bidang kajian
keislaman yang ada,tetapi hanya sebagiannya saja, seperti tentang taqwa, ilmu
pengetahuan, kepemimpinan, psikologi, gender, dan kerukunan hidup umat beragama
.
MANUSIA
DAN AGAMA
Adapun
fenomena yang akan membuktikan baha naluri manusia/kodrat manusia itu beragama
islam
a.
Tentang doa keselamatan
Setiap orang pasti ingin
mendapatkan keselamatan. Ia merasa dirinya terancam. Karena ancaman tersebut ia
ingin berpegangan dan menyandakan diri kepada sesuatu yang ia anggap sebagai
yang maha ghaib dan maha kuasa.
b.
Tentang kebahagiaan abadi
Setiap orang ingin mendapatkan
kebahagiaan. Kebahagiaan yang ia harapkan bukanlajh kebahagiaan yang sementara
tetapi kebahagiaan abadi.
c.
Memperhatikan tubuh kita sendiri.
Dengan merenungkan dan
memperhatikan tubuhkita sendiri sebagai manusia dengan kerangka dan susunan
badan yang indah dan serasi dengan indra hati dan otak yang cerdas untuk
menanggapi segala sesuatu di kanan kiri kita, akan sadar bahwa kita bukan
ciptaan manusia, tetapi ciptaan sang maha pencipta, zat yang maha ghaib.
d.
Apabila kita mendapatkan persoalan yang
dilematis
Orang hidup sering kal dihadapkan
kepada berbagai perbuatan yang harus dipilih.anehnya ia baru merasa puas dan
mantap apabila pilihannya telah disandarkan kepada sesuatu yang ia anggap Zat
yang Ghaib yang seolah-olah memberikan kepastian dan kemantapan pilihannya.
e.
Pengalaman Dr. Lupini dan Jerman
Seorang
doktor dari jerman yang di bantukan kepada fakultas kedokteran di UGM. Pada
tahun 1955 memberikan ceramah di islamic study clubs (ISC). Ia ikut pada perang
dunia II sebagai tentara Nazi Jerman. Dia menyatakan diri sebagai atheis. Di
dalam peperangan dia terisolir dari teman-temannya dalam kecemasannya ia
dihujani oleh peluru musuh. Dalam keikutannya dia secara tidak sadar
mengucapkan “oh god, save my soul (ya tuhan, selamatkan jiwa saya).[1]
Gambaran
Manusia Beragama (ekspresi religius)
Gambaran pokok
manusia beragama ialah penyerahan diri kepada sesuatu yang maha ghaib lagi maha
agung. Ia tunduk lagi patuh dengan rasa hormat dan khidmat dan selalu berdo’a,
bersembahyang dan berpuasa sebagai hubungan vertikal (hablummanallah) dan ia
juga berbuat segala sesuatu kebaikan untuk kepentingan sesama umat manusia
(hablumminannas).
Manakah
Agama Yang Benar
Agama yang benar
adalah agama monotheisme. Hal ini diperkuat oleh dua alasan 1) alasan historis
atau kesejarahan. 2) alasan logika.
Didalam ajaran agama islam ajaran monotheisme (tauhid) diterapkan jelas di dalam
al-Quran
Katakanlah:
Dialah Allah yang maha esa : Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya-Nya
segala sesuatu: dia tiada berputra dan tiada pula di putrakan. Dan tidak ada
siapapun yang setara dengan Dia.[2]
Jelas Bahwa konsep islam dibidang
teologi tentang monotheisme cukup jelas dan tegas mana yang khaliq dan mana
yang makhluk, mana yang disembah dan mana yang menyembah. Jadi, bahwa dari
bidang teologi islam termasuk agama yang paling kuat, jelas dan tegas. Bahkan al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa
agama yang paling benar di sisi allah adalah agama islam. [3]
AGAMA
ISLAM
Secara etimologi
agama berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata: “a” berarti
tidak, dan “gama” berarti kacau,kocar-kacir,, atau berantakan. Dengan kata lain
bahwa agama itu membawa hidup yang teratur dan terarah.
Dalam bahasa
arab dikenal dengan sebutan “din”ndan”mallah”. Tetapi kata din-lah yang paling
tepat untuk menyebut agama islam, sehingga menjadi din al-islam.dalam al-Qur’an
penggunaan kata din bisa dilihat misalnya dalam surat Ali-imran (3): 19 dan 85.
Surat al-Maidah (5): 3, dan masih banyak lagi, sedang penggunaan kata millah
yang berarti agama bisa dilihat dalam firman allah berikut ini:
Katakanlah sesungguhnya aku telah dipimpin
oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus (yaitu) agama (din) yang benar: agama
(millah) ibrahim yang benar , dan ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang
yang musyrik.[4]
Macam-macam agama dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu samawiyah[5] dan ardhiyah[6]. Agama samawi bisa disebut juga dengan
tauhid , yang berasal dari kata wahhada yang berarti menganggap satu. Agama
samawi adalah agama pertama di dunia yang dibawa nabi adam sampai yang diawa
nabi muhammad saw.agama samawi pada prinsipnya adalah islam. Terbukti dalam
al-qur’an umat para nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad SAW. Dalam al-qur’an
disebut dengan “muslim” yakni:
Dan
ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula ya’qub,
(ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhya allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam[7]
Yang kedua ialah, agama ardhiyah atau agama
budaya karena konsep ajarannnya dari cipta rasa dan karsa manusia.Agama
ardhiyah tidak memiliki nabi atau rasul sebagaimana agama samawi, dan tidak
memiliki kitab suci yang murni. Kitab suci yang ada hanyalah susunan atau
rumusan dari para pemimpin pendiri agama tersebut yang dari waktu kewaktu akan
berubah seiring dengan perkembangan wkatu dan budaya.
Islam sebagai agama yang terakhir
memiliki kedudukan yang istimewa dari agama samawiyah yang sebelumnya yaitu: Pertama,sebagai penyempurna dari agama
samawi sebelum nabi Muhammad SAW. Bersifat universal, tanpa terbatas ruang dan
waktu, untuk siapa saja, kapan saja, dan dimanapun manusia berada. Kedua, islam mengontrol ajaran-ajaran
pokok dan agama samawi seperti firman allah dalam quran Q.S. at-Taubah (9): 30
Orang-orang
yahudi berkata: (uzair itu putera allah) dan orang nasrani berkata: (al-Masih
itu putera allah). lalu ajaran ini dikontrol oleh islam melalui firman
allah pada Q.S. al-Ikhlas ayat 1-4. Dan yang ketiga, islam mengakui semua para
nabi/rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad tanpa membedakan satu sama lain
karena ajarannya sama,yaitu tauhid.
SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM
a.
Al-Qur’an
Firman
allah yang diturunkan kepada nabi muhammad melalui perantara malaikat jibril
secara berangsur-angsur dalam bahasa arab dan apabila dibaca dan diamalkan
bernilai ibadah.berfungsi sebagai sumber hukum yang utama.
b.
As-Sunnah atau al-Hadits
Sikap
atau tingkah laku dan perbuatan yang datang dari nabi. Terdiri dari 3 aspek
yaitu qouliyah[8],fi’liyah[9], dan taqririyah[10].
Berfungsi sebagai sumber hukum setelah al-Qur’an.
c.
Al-Ijma’
Persepakatan
para mujtahid muslim pada suatu masa, setelah wafatnya Rasul, tentang ketetapan
hukum terhadap suatu kasus.
d.
Al-Qiyas
Mempersamakan
ketentuan fenomena yang belum ada aturan hukumnya dengan fenomena yang sudah
diatur dalam nash karena persamaan illat hukum dari kedua fenomena
tersebut.sebagai contoh dapat dikemukakan hukum minuman khamara adalah haram,
seperti termuat dalam firman allah:
Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya
meminum khamar, berjudi (berkorban untuk) berhala mengundi nasib dengan anak
panah adalah perbuatan keji,termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah
peruatanperbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan[11].
KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM
Kerangka dasar ajaran islam itu ada tiga,yaitu iman,
islam dan ihsan. Dari tiga konsep tersebut para ulama’ para ulama’
mengembangkan menjadi tiga konsep kajian. Konsep iman melahirkan konsep kajian aqidah[12]. Konsep islam melahirkan konsep kajian syari’ah[13]. Konsep ihsan
melahirkan konsep kajian akhlaq[14].
Ruang lingkup pembahasan akidah
meliputi ilahiyah(pembahasan yang berhubungan dengan tuhan),
nubuwwah(pembahasan yang berhubungan dengan nabi dan rasul), ruhaniah
(pembahasan yang berhubungan dengan alam metafisik), sam’iyah( pembahasan
tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui dalil naqli berupa
al-Qur’an dan as-Sunnah).[15]
Kajian syari’ah tertumpu pada
masalah aturan Allah dan Rasul-Nya atau masalah hukum. Aturan atau hukum
mengatur manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya (hablum minallah) dan dalam
berhubungan dengan sesamanya (hablum minannas).
Kajian akhlaq adalah tingkah laku
manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang bisa bernilai baik
(mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela). Yang dinilai disini adalah
tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, yakni dalam melakukan
ibadah, dalam berhubungan dengan sesamanya,yakni dalam bermuamalah atau dalam
melakukan hubungan sosial antar manusia, dalam berhubungan dengan makhluk hidup
yang lain seperti binatang dan tumbuhan, serta dalam berhubungan dengan
lingkungan atau benda-benda mati yang juga merupakan makhluk tuhan. Secara
singkat hubungan akhlak ini terbagi menjadi dua, yaitu akhlak kepada khaliq
(allah sang pencipta) dan akhlak kepada makhluk (ciptaan-Nya).
Hubungan antara Aqidah, Syari’ah,
dan Akhlak sangat erat, bahkan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Meskipun demikian ketiganya dapat dibedakan satu sama lain. Aqidah
sebagai konsep atau sistem keyakinan yang bermuatan elemen-elemen dasar iman,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Syari’ah sebagai konsep atau
sistem hukum berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak
sebagai sistm nilai etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai
oleh agama. Oleh karena itu, ketiga kerangka dasar tersebut harus terintegrasi
dalam diri seseorang muslim. Ibarat ketiganya sebuah pohon, akarnya adalah
akidah, sementara batang dahan, dan daunnya adalah syariah sedangkan buahnya
adalah akhlak.
TAQWA
Taqwa secara harfiah berasal dari kata kerja
“waqa-yaqi-wiqayah”, yang berarti terjaga dan terpelihara. Secara istilah
adalah menjalankan segala perintah Allah yang apabila dijalankan berdampak
positif dan menjauhi segala larangan allah yang apabila dilanggar mempunyai
resiko bagi yang melakukan dan bila berkembang maka orang lain juga merasakan
akibatnya. Taqwa berfungsi sebagai pengembangan fitrah/kesucian manusia, baik
komponen jasmani atau rohani, sesuai dengan ketentuan tuhan tuhan, yang berarti
sikap rela diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan mengikuti hukum-hukumnya.
Sebagai contoh dalam pelaksanaan berpuasa yang bertujuan
menuju taqwa. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atasmu berpuasa, sebagaimana puasa itu telah diwajibkan juga atas orang-orang
sebelummu, semoga kamu menjadi orang yang bertaqwa.”[16]
Taqwa berfungsi sebagai penyucian atau pembersih penyakit
batin, dan bekal seseorang untuk menghadapi kematian. Taqwa juga bisa sebagai
bentuk perjuangan atau jihat dalam rangka menjalankan perintah dan sekaligus
menjauhi larangan yaitu suatu kemampuan maksimal untuk mencapai tujuan ridlo
allah SWT. Allah berfirman:
“Sungguh bahagia atau beruntung orang-orang
yang dapat mensucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya”[17]
ISLAM
DAN ILMU PENGETAHUAN
Islam
menganjurkan kepada pemeluknya untuk bertindak adil. Salah satu indikasi
keadilan dalam tindakan ialah membuat keputusan berdasarkan informasi yang
benar dan akurat. Untuk mendapatkan akurasi informasi diperlukan tindak
penelitian. Penelitian merupakan proses sekaligus proses menyusun ilmu
pengetahuan yang muatan informasinya benar dan akurat. Secara ringkas, dalam
doktrinal, islam tidak bertentangan dengan cara kerja ilmu pengetahuan.
Demikian
pula sumber pengetahuan menurut ajaran islam tidak tercerai-berai menjadi akal
budi lawan pengalaman inderawi, atau kenyataan konkrit berlawanan dengan
kenyataan ghaib, karena baik akal budi atau pengalaman inderawi maupun
kenyataan konkrit atau kenyataan ghaib, keduanya merupakan sumber pengetahuan
yang sah sekaligus bagian terkecil dari keseluruhan ciptaan Tuhan.
Cara
menyusun ilmu pengetahuan sepenuhnya hasil “ijtihad”/ daya kreasi manusia. Cara
penyusunan ini bisa melalui model aktivitas penalaran diantaranya abduksi[18],
deduksi[19], dan induksi[20].
Islam hanya berkepentingan dengan perilaku etis manusia ketika mereka ingin
menggunakan hasil ijtihad mereka tersebut. Al-Qur’an menyatakan “telah jelas dan berbeda antara jalan lurus
dengan jalan sesat”. Apakah ilmu pengetahuan yang dimilikinya akan
digunakan untuk memakmurkan bumi atau menghancurkannya; Apakah aktivitas penelitian
yang dilakukan ditujukan untuk memberikan kesejahteraan pada sebanyak mungkin manusia atau justru untuk
menyengsarakannya. Nestapa manusia berawal dari kebodohannya dan berakhir
dengan menyalahgunakan kepintarannya (asy).
ISLAM
DAN KEPEMIMPINAN
Dalam
agama islam pemimpin memiliki berbagai istilah seperti khalifah yang berarti
pengganti; wakil Allah di bumi. Khalifah juga berarti pengatur dan penguasa
yang berwenang mengatur kehidupan dunia.
Istilah
lain ditemukan dalam Q.S. Al-israa’ (17): 71 yaitu al-Imam yang sering dimaknai
secara lebih kusus untuk menyebut pemuka agama, pemimpin agama atau pemimpin
spritual.
Imam
berarti seorang pemimpin atau orang yang berada di muka, sebagai firman Allah
SWT:
Kami
telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.[21]
Sehingga khalifah adalah tanggung
jawab umum yang sesuai dengan tujuan Syara’, yaitu bertujuan menciptakan
kemaslahatan ukhrawi dan duniawi bagi ummat yang mengikutinya, karena
kemaslahatan duniawi seluruhnya harus dirujukan kepada syara’. Karena adanya
tujuan ukhrawi itu, orang yang melaksanakan fungsi kekhalifahan atau imamah
disebut “khalifah” atau “imam”[22]
Kepemimpinan dalam perspektif islam
harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki aqidah yang kuat dan konsisten
2. Memiliki kekuatan jasmani dan rohani
3. Memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas
6. Memiliki tingkat pengalaman agama islam yang
tinggi
8. Memperoleh dukungan dan dicintai oleh umat
10. Harus ahli dibidangnya
11. Memiliki jiwa kreatifitas
12. Visinya adalah Al-qur’an dan misinya adalah
menegakkan kebenaran di muka bumi
Prinsip-prinsip
kepemimpinan dalam islam bisa dijelaskan sebagai berikut
2.
Setiap
kelompok harus memilih pemimpin.
3.
Pemimpin
haruslah orang-orang yang dapat diterima.
5.
Memperhatikan
kepentingan kaum muslimin.
Seorang pemimpin islam juga harus memiliki akhlak
pemimpin islam yakni perilaku yang mulia (akhlak karimah) yang harus menjadi
hiasan hidup seoarang pemimpin islam dalam melaksanakan tugas-tgas
kepemimpinannya. Diantara akhlak yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah:
b.
Berlaku
jujur
c.
Mencintai
kebenaran
e.
Berlaku
adil
f.
Memelihara
kesucian diri.
g.
Pemaaf
h.
Tawadlu’[31]
i.
Zuhud
k.
Mempunyai
kemauan yang keras
l.
Penyantun
dan lapang dada
n.
Bersikap
melayani bukan dilayani
Kewajiban-kewajiban pemimpin islam diantaranya:
a.
Menjaga
ajaran-ajaran pokok agama dalam bentuknya yang benar
b.
Melaksanakan
hukum yang adil diantara umat yang bersengketa
c.
Melakukan
jihad
d.
Melimpahkan
dan mempercayakan tugas-tugas negara kepada orang-orang dan tokoh-tokoh yang
loyal terhadap pemerintah
e.
Menjaga
keamanan dalam negeri
f.
Memungut
zakat,infaq, dan sadaqah
g.
Bermusyawarah
dalam setiap urusan
h.
Mengatur
kemakmuran rakyat
i.
Membela
dan menghidupkan agama
j.
Melaksanakan
keputusan hasil kesepakatan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
berdampak global yang membawa kemajuan dan tantangan kemanusiaan serta
berdampak negatif yang memerlukan pemecahan secara tepat. Oleh karena itu,
seorang pemimpin harus mampu mengantisipasi menghadapi problem global yang
semakin menantang itu diperlukan sosok pemimpin islam masa depan yang
berkarakteristik antara lain: visionary
thingking[34], leadership
skill[35], self
motivation[36], self
management[37], efektif
comunication[38], strategic
management[39], interpersonal
comunication[40],memiliki akidah yang kuat dan mantap,
memiliki kemampuan akomodatif, memiliki landasan kerjasama yang kuat dan
solidaritas yang tinggi, memiliki sikap tasamuh (toleransi).
ISLAM DAN PSIKOLOGI
Psikologi merupakan kelanjutan studi tentang tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan sistematika dan metode
ilmiah. Psikologi secara harfiah berasal dari kata psyche=jiwa dan logos=ilmu.
Secara harfiah berarti psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Akan tetapi
sebenarnya obyek psikologi bukanlah jiwa,karena jiwa tidak dapat dipelajari
secara ilmiah.[41]
Salah satu agenda penting yang harus diperhatikan oleh
muslim yang mempelajari psikologi adalah mencoba pempelajari psikologi dengan
visi islam.
Fuad Nashori (1997: 2-4) menjelaskan setidaknya ada usaha
untuk mengintegrasikan psikologi dalam islam, yaitu:
a.
Psikologi
digunakan sebagai pisau analisis masalah-masalah ummat islam
b.
Islam
dipakai sebagai pisau analisis untuk menilai konsep-konsep psikologi
Hanna djumhana bastaman menjelaskan bahwa sampai dengan
Abad XXI ini terdapat empat aliran besar
psikologi, yaitu:
a.
Psikoanalisis
b.
Psikologi
perilaku
c.
Psikologi
humanistik
d.
Psikologi
transpersonal
Menurut sigmun freud, sang pendiri psikoanalisis,
kepribadian manusia terdiri atas id[42], ego[43], dan super ego[44].
Psikoanalisis memandang perilaku
manusia banyak dipengaruhi oleh masa lalu, alam tak sadar, dan
dorongan-dorongan nafsu yang selalu menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi.
Psikoanalisis memandang hakikat manusia adalah buruk,liar,kejam,kelam,non etis,
dan berkiblat pada kenikmatan jasmani.
Dalam pandangan Psikologi Perilaku
manusia adalah netral, baik buruknya perilaku terpengaruhi oleh situasi dan
perlakuan yang dialami.Sedangkan dalam pandangan Psikologi humanistik manusia
pada dasarnya adalah baik.
Manuisa dalam pandangan islam ialah
makhluk Tuhan yang mempunyai kepribadian, memiliki keunikan dan keistimewaan
tertentu. Di dalam al-Qur’an terdapat uraian tentang manusia sebagai makhluk
biologik[45], makhluk psikologik[46], dan makhluk ruhaniah[47].
Apabila mencermati, baik psikologi maupun al-Qur’an
keduanya membicarakan manusia dalam berbagai dimensinya. Kedua pendapat tentang
manusia baik dari sisi psikologi maupun islam keduanya dapat dikerjasamkan untuk
dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi manusia guna mencapai tujuan
hidupmyang dikehendaki sesuai dengan kodrat kemanusiannya, diantaranya adalah
islam memberikan gambaran tentang citra seorang muslim dalam mencapai tujuan
hidup yang diridlai Allah SWT.
TOLERANSI DALAM BERAGAMA
Toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti
bertahan atau memikul. Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada
terhadap prinsip orang lain. Dalam sejarah kehidupan umat islam sikap toleransi
telah diletakkan pada saat awal Nabi Muhammad SAW membangun negara madinah
dengan melahirkan perjanjian yang disebut dengan piagam madinah[48].
Contoh lain bisa dilihat dari wujud toleransi islam terhadap agama lain
diperlihatkan oleh Umar ibn-khathtab. Dengan membuat sebuah perjanjian dengan
penduduk yerussalem bahwa umar akan tetap menjamin keamanan di wilayah
tersebut.
Kebijakan politik yang dilakukan baik oleh Nabi maupun
Umar di atas tentu dengan dasar-dasar pijakan yang terdapat dalam al-Qur’an.
Dalam beberapa ayatnya al-Qur’an menyatakan:
“Tidak
ada paksaan untuk memasuki agama (islam): sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari pada jalan yang salah...”[49]
“Dan
katakanlah: “kebenaran itu datang dari Tuhanmu: maka barang siapa yang ingin
beriman hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia
kafir”[50]
“Dan
jikalau tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya”[51]
GENDER DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Secara etimologi “gender” berasal
dari bahasa inggris yang artinya “jenis kelamin”( echols dan shadily,1983:265).
Sementara itu dalam concise oxford dictionary of current english edisi 1990,
kata “gender” diartikan sebagai “penggolongan gramatikal terhadap kata-kata
benda dan kata-kata lain yang berkaitan dengannya, yang secara garis besar
berhubungan dengan jenis kelamin serta ketiadaan jenis keamin(atau kenetralan).
Secara terminologis H.T. wilson
mengartikan “gender” sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan
laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai
akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan.
Dari definisi di atas dapat dipahami
bahwa Gender ialah sesuatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan
budaya.
Gender berbeda dengan sex, gender
diperkenalkan untuk mengacu kepada perbedaan-perbedaan antara perempuan dengan
laki-laki tanpa konotasi-konotasi yang sepenuhnya bersifat biologis, tetapi
lebih merujuk kepada perbedaan-perbedaan akibat bentukan sosial.
Gender dalam perspektif islam ialah
memposisiskan kedudukan perempuan setara dengan kedudukan yang diberian kepada
laki-laki. Kesetaraan ini bukan berarti menjadikan perempuan sama persis dengan
laki-laki dalam segala hal. Tentunya ada batasan-batasan tertentu yang
membedakan wanita dengan pria. Posisis perempuan sama dengan laki-laki baik
dari segi substansi penciptaannya, tugas dan fungsinya, hak dan kwajibannya,
maupun dalam rangka meraih prestasi puncak yang diidam-idamkannya. Islam,
melaluikedua sumbernya al-Qur’an dan Sunnah, menetapkan posisi dan kedudukan
laki-laki. Dengan kata lain, islam benar-benar menunjukan adanya kesetaraan
gender dan tidak menghendaki ketidakadilan atau ketimpangan gender.(mrz)
KEUNGGULAN
Keunggulan buku
ini mampu memberikan informasi tentang kajian pengantar keislaman, kajian pokok
keislaman, dan kajian pelengkap tentang pemahaman keislaman secara rinci.
Sehingga kita bisa memperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Dan dibuku ini juga
ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga apabila para pemula
membacanya maka akan mudah sekali pemahaman yang didapatnya dari membaca buku
din al-Islam ini.
KEKURANGAN
Pada dasarnya novel ini hampir tidak
mempunyai kelemahan, tetapi satu yang saya lihat. Pada pembahasan kajian
tentang pelengkap pemahaman keislaman tidak disajikan semua bidang keislaman
yang ada, tetapi hanya sebagiannya saja seperti tentang taqwa, ilmu
pengetahuan, kepemimpinan, psikologi, gender, dan kerukunan hidup umat beragama.
KESIMPULAN
Buku ini sangat layak dibaca,
apalagi mahasiswa yang menempuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Karena
selain menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami sehingga siapapun yang
membacanya akan sangat mudah mengerti isinya, buku din al-Islam jga berisi
beberapa kajian tentang keislaman yang sangat lengkap.
[1] Contoh-contoh kepercayaan adanya Zat yang
Ghaib dikutip dari buku din al-islam halaman 2
[2]
Al-Qur’an surat al-Ikhlas (112): 1-4
[3]
Al-Qur’an surat Ali Imran (3): 19 dan 85
[4]
Al-Qur’an surat al-An’am (6): 161
[5] Agama
langit atau agama wahyu
[6] Agama
bumi atau agama budaya
[7]
Al-qur’an surat al-Baqarah (2):132
[8] Sesuatu
dari nabi Muhammad SAW yang berasal dari nabi berbentuk ucapan-ucapan
[9] Sesuatu
dari nabi Muhammad SAW yang berasal dari nabi berbentuk perbuatan-perbuatan
[10] Sesuatu
dari nabi Muhammad SAW yang berupa ketetapan-ketetapannya
[11]
Al-qur’an surat al-Maidah (5) : 90
[12]
Keyakinan atau keimanan
[13] Hukum
islam
[14]
Tabiat,perangai atau kebiasaan
[15] Ruang
lingkup pembahasan aqidah menurut hasan al-banna dikutip dari buku din al-islam
halaman 40
[16]
Al-qur’an surat al-Baqarah (2): 183
[17]
Al-qr’an surat Asy-Syams (91): 9-10
[18] Proses
penyimpulan dari suatu kasus tertentu (menurut A. Sonny keraf dan mikhael Dua,
2001:88-96) dikutip dari buku din al-islam halaman 89
[19] Usaha
untuk menyingkapkan konsekuensi-konsekuensi dari penjelasan yang bersifat dugaan (A. Sonny keraf dan
mikhael Dua,2001: 97-98)
[20] Cara
kerja menyusun ilmu pengetahuan yang berawal dari sejumlah pernyataan kasuistik
dan berakhir dengan menarik kesimpulan/ pernyataan umum (A. Sonny keraf dan
mikhael Dua,2001: 99-117)
[21]
Al-Qur’an surat al-Anbiya’ (21): 73
[22]
Pengertian khalifah menurut Ibnu Khaldun dikutip dari buku din al-Islam halaman
94
[23]
Kriteria pemimpin dalam Q.S. Ali imran:135, An-nisa’:58, dan Al-maidah:8
[24]
Kriteria pemimpin dalam Q.S. Al-ahzab ayat 21
[25]
Kriteria pemimpin dalam Q.S. Az-Zumar:18
[26] Kriteria
pemimpin dalam Q.S. An-Nahl:126
[27] Prinsip
kepemimpinan dalan islam sesuai dengan Q.S. An-nisa’ :144
[28] Sesuai
dengan Q.S. Al-Mulk:1
[29] Dapat
dipercaya oleh ummat yang dipimpinnya
[30]
Akhlaqpemimpin islam sesuai dengan Q.S. Al-insan:9
[31]
Merendahkan diri
[32] Hidup
sederhana
[33]
Bijaksana dalam bertindak
[34] Mampu
berpikir dengan paradigma baru
[35]
Kemampuan pemimpin dalam mengemban tugas
[36]
Kemampuan mengembangkan inisiatif untuk sukses tim
[37]
Kemampuan mengembangkan kebiasaan hidup yang efektif
[38]
Kemampuan berkomunikasi dengan baik
[39]
Kemampuan untuk mengembangkan strategi
[40] Kemauan
dan kemampuan untuk menghargai pendapat orang lain
[41]
Pengertian psikologi menurut Aziz Ahyadi dikutip dari buku din-alislam halaman
109
[42] Bagian
[43] Bagian
dari psikoanalisis yang berfungsi merealisasikan kebutuhan-kebutuhan id
[44] Bagian
dari psikoanalisis yang berkembang dari ego menuntut kesempurnaan dan identitas
perilaku
[45]
Kemampuan memelihara kesehatan yaitu memelihara dan memanfaatkan pemberian
Allah SWT
[46]
Kemampuan menyesuaikan diri,semangat juang, dan sikap
[47] Selalu
taqwa dan tawaqal
[48] Dokumen
politik resmi pertama yang meletakkan prinsip kebebasan beragama dan berusaha
[49]
Al-Qur’an surat al-Baqarah:256
[50]
Al-Qur’an surat al-Kahfi:29
[51]
Al-Qur’an surat Yunus:99
Tidak ada komentar:
Posting Komentar