Selasa, 02 Desember 2014

cerpen inspiratif , (dermawan itu untuk siapa saja?)

Lagi-lagi pengamen itu menyanyikan lagu yang bercerita tentang pentingnya berbagi. Hari ini juga Mira seperti biasanya memberi uang receh kepada pengamen itu. Selesai bernyanyi pengamen itu lama sekali duduk di depan warung Mira untuk menghitung uangnya. Setelah lama memperhatikannya di belakang etalase ternyata Mira menyadari bahwa pengamen ini cukup berbeda dengan pengamen lainnya yang terlihat kumal, dekil dan menyeramkan. Pengamen ini cukup rapih dan bersih lagipula suaranya cukup bagus tidak seperti pengamen biasanya.
Pengamen itu bangun dari duduknya, buru-buru Mira langsung pura-pura membaca buku komik yang dipegangnya. Pengamen itu masuk ke warung lalu mengambil sebotol minuman dari dalam showcase sambil menyodorkan uang 5 ribu. Mira mengambil uang itu dan memasukkannya ke dalam tempat uang. “kenapa ngeliatin gua terus tadi?” tanya pengamen itu. Mendengar itu Mira cukup kaget tapi Mira berhasil berpura-pura tidak kaget “Gak apa-apa kok.” Jawab Mira. “Jijik ya ngeliat pengamen kaya gua? Gua janji kok besok gua gak akan ngitung duit lagi disitu” ujar pengamen itu dengan nada yang sangat halus. “Eh, boleh kok. Bukannya jijik cuman aku.. eh gua tuh pengen liatin lu aja.” Jawabku dengan sangat malu.
Pengamen itu sontak langsung bengong melihat Mira berbicara seperti itu. Tapi pengamen itu melanjutkan meminum minuman yang dipegangnya tanpa menghiraukan Mira. “Tapi kok elu beda ya sama pengamen lain yang hehe maaf ya, kumel dekil trus urakan?” tanya Mira karena penasaran. “Gua mah ngamen bukan buat gua. Tapi buat anak-anak yang luar biasa” jawab pengamen itu sambil mengembangkan senyumnya.
“Maksudnya anak-anak luar biasa?” tanya Mira makin penasaran. “Anak-anak panti asuhan yang cacat. Panti mereka kehabisan uang buat ngebiayain anak-anak itu. Makanya gua sama temen-temen berusaha ngumpulin uang sendiri buat anak-anak itu.” Jawab pengamen itu. “Emang biasanya lu dapet duit darimana?” tanya Mira lagi. “Dari ortu gua lah. Gua masih sekolah ko nih KTP (Kartu Tanda Pelajar) gua (sambil menyodorkan KTPnya itu), gua sekarang emang baru bisa nyari duit lewat ngamen kaya gini tapi kalo nanti sekolah gua beres, pasti sukses”. Jawab pengamen itu. Tiba-tiba semuanya menjadi hening begitu saja. Tentu saja karena si pengamen yang malu menceritakan hidupnya pada orang yang dia tidak kenal. “Ohh Andi namanya? Anak SMA Bangga Indonesia ya? Gua juga sekolah disitu kok. Tapi kok gua jarang liat elu ya? Emang lu kelas berapa?” tanya Mira terus-menerus sambil mengembalikan KTP pengamen itu.
Pengamen itu hanya diam saja karena malu. “Gua Mira, anak SMA Bangga Indonesia. Kelas XI IPA 2. Salam kenal ya Andi?” Mira berusaha mencairkan suasana yang hening itu. “Iya salam kenal juga Mira. Gua kelas XI IPS 1 Mira.” Jawab Andi malu-malu. Kemudian pengamen yang ternyata teman satu sekolahnya itu berpamitan untuk melanjutkan mencari uang.
Besoknya karena penasaran Mira mendatangi kelas XI IPS 1 untuk melihat Andi, sambil menemui Rina sahabat Mira. Ternyata Andi memang ada di kelas itu, sangat rapi sekali, beda ketika dia mengamen. Melihat Mira, Andi yang sedang membaca buku tebal itu tersenyum dan menganggukan kepala kepada Mira. Mira yang masih bengong karena melihat Andi langsung membalas senyum Andi. Tentu saja Mira bertanya-tanya pada Rina tentang Andi. Ternyata Andi adalah salah satu anak yang cukup berpengaruh di sekolah Mira.
Ketika pulang sekolah Mira memikirkan kata-kata Andi tentang anak-anak cacat itu. Ketika sedang membayangkan seperti apa, terdengar suara khas genjrengan gitar Andi. Andi hanya tersenyum sambil memainkan gitarnya. “Loh, gak dijemput?” tanya Mira. “Gua mah jarang dijemput kali.” Jawab Andi. Trus lu kenapa lewat sini hayo? Modus ya lu balik bareng gua?” tanya Mira sambil memasang muka serius. “idih, biasa aja mukanya. ge-er lu. Gua balik jalan kaki terus kali. Rumah gua kan deket rumah elu. Gua kan sering liat elu balik, makanya kemaren gua kasih liat KTP gua, gua yakin lu anak sini. Tapi gua gagal deh buat nyembunyiin dari elu kalo gua anak BaIn (Bangga Indonesia).” Jawab Andi sambil memainkan gitarnya. “ohh, kok gua gak tau ya?” tanya Mira. Andi hanya mengangkat bahunya, tentu saja artinya tidak tau.
Lama mereka berbincang tentang anak-anak luar biasa itu tidak terasa sudah sampai rumah Mira. Kemudian mereka berpisah. Selesai mandi dan makan, Mira memutuskan ingin melihat anak-anak luar biasa itu besok bersama Andi.
Besoknya ketika pulang sekolah Mira menunggu Andi di gerbang sekolah. Lama berbincang akhirnya Andi mau mengantar Mira ke Panti itu. Ketika sampai ternyata banyak sekali anak-anak yang cacat. Para pengurusnya juga ternyata banyak yang anak jalanan. Mereka disambut ramah oleh para pengurus dan anak-anak panti. Andi berbincang-bincang dengan para pengurus, tapi Mira hanya disuruh menemani anak-anak panti bermain.
Ketika Mira melihat ke jendela banyak orang-orang yang seumuran Andi di teras rumah sedang menghitung uang. Sepertinya mereka juga para pengamen pikir Mira. Setelah berbincang dengan para pengurus, Andi mengajakku pulang. Tapi ketika para pengamen yang di luar itu masuk, semua anak-anak luar biasa ini langsung menyambut mereka untuk bermain bersama. Salah seorang pengamen itu ada yang kakinya cacat, membawa uang yang dihitung bersama-sama diluar tadi. Pengamen itu langsung memberikannya kepada pengurus panti. Mira yang melihat kejadian itu hanya bengong. “Kenapa?” tanya Andi. “mereka kerja seharian cuma buat panti ini?” jawab Mira sedikit ragu. “iya. Emang kenapa? Tanya Andi heran. “mereka dermawan banget” jawab Mira masih tidak percaya. “Dermawan itu buat siapa aja kali Mira. Makanya gua ikut ngamen karena mereka, gua pengen tau rasanya” Jawab Andi sambil senyum. Mira pun mengerti, kemudian Mira mengeluarkan uang 300 ribu dari dompetnya dan memberikannya pada pengurus panti. Walaupun itu uangnya untuk membeli baju baru tapi jelas menurut Mira, anak-anak ini jauh lebih membutuhkan daripada dirinya.
Cerpen Karangan: Tania

Tidak ada komentar:

Posting Komentar